Mengetahui kisah hidupnya yang seringkali tak biasa, mungkin orang menganggap itu seperti drama yang tak nyata. Tetapi kadang banyak hal terjadi di luar nalar manusia dan tak pernah terbayang sebelumnya terjadi padanya.Dia berasal bukan dari keluarga berada, tak sepertimu yang mungkin hidupnya selalu berkecukupan. Dia anak perempuan satu - satunya dari empat bersaudara, tapi beban yang ditangggungnya sangat besar mengingat statusnya sebagai anak pertama.
Dia sudah 22, dalam adat Jawa itu sudah umur yang seharusnya panik untuk menyandang status single, tapi dia tak apa. Masih banyak hal yang jauh lebih penting harus dia pikirkan, menjadi tulang punggung keluarga berikutnya untuk membantu menopang biaya sekolah adik - adiknya. Dia mungkin bukan anak yang sangat pandai dan hidup bergelimang harta, tapi dia tau caranya menyikapi hidup agar tetap bahagia, orang tuanya selalu mengajarinya bersyukur meskipun mereka kekurangan dan banyak hal yang terjadi menggerus kebahagiaannya.
Berteman dengan teman sebaya yang kebanyakan anak pengusaha, maupun konglomerat atau pejabat yang rata - rata berduit memang menggerus kepercayaan dirinya, tapi dia tak apa. Bersyukur untuk kesempatan kedua yang dia dapat untuk hidup lebih penting. Menjadi anak tertua mau tak mau memaksanya menjadi contoh yang baik bagi ketiga adiknya, meskipun dia tak tumbuh dengan keadaan sempurna. Dia adalah wanita yang tumbuh dengan penuh luka, luka dari masa lalunya, luka dari latar belakang keluarga dan cerita hidupnya yang tak semua orang tau, luka dari peristiwa kecelakaan di masalalu yang menggerogoti keelokan parasnya. Dia lelah tapi tak bisa menyerah, hingga satu - satunya pilihan yang dia punya adalah menjadi kuat dan bertahan dengan apa yang dia punya. Dia diolok - olok, dijauhi bahkan dihina oleh orang dekat yang dia sebut teman, menangis, depresi sempat dialaminya. Tapi itu dulu, dengan tegar dia bisa melalui semuanya. Untung mentalnya sekuat baja, dan dia sudah tak peduli lagi dengan kondisi yang menyangkut fisiknya. Berbekal kepribadian yang penuh ceria, dia tumbuh dewasa dengan kondisi apa adanya.
Taukah engkau, di atas sajadah itu ia sering bersimpuh memohon agar Tuhan mau berbaik hati merubah nasibnya agar lebih baik kelak untuknya, orang tua dan adik - adiknya. Dia bercita - cita besar tapi gagal meraihnya, dia terlempar jauh ke tempat kuliah yang bahkan tak pernah singgah di benaknya. Itu demi menuruti keinginan orangtuanya, karena apa? Orangtuanya tak mampu merogoh kocek dalam membiayai kuliahnya jika di kedokteran, dia memilih kuliah kedinasan demi orangtua.
Berbicara tentang keluarga, dia sering enggan untuk membahasnya, bukan karena malu tapi karena hal yang kalian bicarakan mungkin jauh berbeda, dalam segala hal. Keluarga besarnya mungkin tak mengagumkan seperti keluarga besarmu yang kebanyakan sukses dan penuh cerita kemapanan, tak seperti keluarganya yang sedikit berantakan. Untuk hal ekonomi mungkin keluarganya akan kalah dibandingkan denganmu, tapi untuk keimanan dia sudah dididik dari kanak - kanak untuk selalu bersyukur apa yang dimilikinya, terlebih lagi setelah peristiwa besar yang dialaminya. Entah bagaimana kalian bertemu nantinya, entah apa yang membuatmu bisa menyukainya.
Satu hal lain yang perlu kamu tau, dia selalu gagal dalam hubungannya dengan lelaki, bukan karena takut berkomitmen tapi memang dia selalu bertemu orang yang salah. Entah itu si brengsek atau cinta beda agama.Tapi satu hal yang perlu kau tahu, dia selalu berusaha memperbaiki diri sebelum bertemu denganmu. Itu saja.
Mungkin kamu akan bertanya pada dirimu sendiri, mengapa kamu mau memilih wanita yang hidupnya penuh luka untuk kaujadikan istri. Mungkin kamu akan menyesali pilihanmu menjadikannya pendamping hidup, jika yang kaulihat hanya dari fisik. Dia kalah dengan yang lain, sangat jauh jika dibandingkan. Yang bisa dia tawarkan hanyalah kesetiaan, pengabdian dan janji kebahagiaan yang akan ia berikan sepenuhnya kepadamu sebagai istri. Dia hanya ingin kau terima apa adanya, karena kau adalah laki - laki yang dipilihnya untuk menjadi pendamping hidup. Dia, si wanita bermental baja yang sudah ditempa oleh banyak luka yang dialaminya dari kanak - kanak, yang mempercayaimu menjadi pelabuhan terakhirnya untuk menua bersama, berdua.
Data Diri
Nama : Anggi Restiana Dewi
Tempat Tanggal Lahir : Magelang, 5 Februari 1992
Perpajakan - STAN 2010
Twitter : anggie_reztian
Facebook : Anggi Restiana Dewi
Blog : anggirestianadewi.blogspot.com
anggirestianadewi.tumblr.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar