Gunung Argopuro mungkin tak setenar Semeru, tetapi perjalanan yang harus ditempuh untuk menyelesaikan pendakiannya jauh lebih memakan waktu. Maklum saja, gunung yang konon mistis dan melegenda dengan puncak Dewi Rengganisnya ini mempunyai sekitar 14 puncak di jajaran Pegunungan Yang dengan jalur pendakian terpanjang di antara semua gunung di Pulau Jawa.
Setelah
sebelumnya direncanakan pendakian bersama yang diikuti oleh kami STAPALA
STANers 2010 dengan total peserta 12 orang (Bangsal, Enen, Riweuh, Sundul, Tubis, Keret, Kodok, Rangrang, Buncil, Bekek,
Pangki, Kongo) akhirnya pendakian
dilakukan dengan jumlah peserta menyusut menjadi 9 orang karena ketidakikutsertaan
Bekek, Kongo dan Pangki yang berhalangan. Terimakasih sebelumnya untuk bapak
ibu yang akhirnya mengijinkan anaknya kelayapan, Riweuh yang mengajak ikut dan
Bekek yang memberi softloan hihihi.
Sesuai rundown yang direncanakan
ketua perjalanan kami Tubis, meeting point pendakian ini berlokasi di Besuki
tanggal 14 malam. Riweuh, aku dan Sundul bertugas membeli logistic keperluan
pendakian ini di Jogja, sementara tim yang sebelumnya ke Raung (Tubis, Kodok,
Keret, Buncil, Rangrang) langsung menuju lokasi setelah mereka rehat dari
pendakian sebelah.
Selasa, 14 Oktober 2014
07.00 – 07.17
Kecapekan
semalaman dan begadang di angkringan Tugu membuatku kesiangan berangkat ke
stasiun, beruntungnya ada Reyza, teman yang kutumpangi menginap semalam yang
ngebut mengantarku sampai stasiun. Kurang 3 menit kereta berjalan, syukurlah
aku menemukan Riweuh dan bisa naik kereta dengan selamat. Injury time, alhamdulillah
kereta terkejar ~
12.30
Aku, Riweuh, Enen dan Sundul berada
di kereta yang sama dengan kondisi Sundul terpisah di gerbong sebelah. Mondar
mandir, nongkrong, ngobrol, tidur, makan walaupun merusuh makanan yang dibawa
Enen dan Riweuh dan sampailah kereta di
bagian timur Jawa, Mojokerto.
17.00
Perjalanan naik
kereta selalu memberikan cerita yang tak pernah habis, pun perjalanan kami. Di
kereta yang kami naiki, ada bule solo travelling marah – marah karena seorang
bapak meletakkan barang bawaannya di sembarang tempat. Pengen ikut campur
banget aku mentranslate obrolan si bule ke bapak ini, tapi ah sudahlah ternyata
mereka sudah berdamai dengan caranya sendiri. Tak terasa kami sampai di stasiun
tujuan, Probolinggo.
17.15 – 19.00
Bareng bule – bule yang menuju
Bromo kami naik angkot sampai di Besuki. Tepatnya di Polsek Besuki di mana kami
akan bertemu dengan geng Raung. Ternyata mereka lebih dulu sampai dan menunggu
kami sepersekian jam. Uuuu maaf, keretanya sempat terlambat sejam.
19.00 – 19.30
Lalala yeyeye
kami ikut istirahat sebentar di mushola Polsek, dan rebut berdebat membeli
makan malam karena Tubis yang kebingungan si penjual makanan ga punya
bungkusan. Sementara Keret dan Kodok heboh jajan cilok dan martabak harga
4ribuan.
19.30 – 21.00
Dengan angkot
carteran seharga 150ribu kami meninggalkan polsek Besuki menuju basecamp
pendakian via Baderan. Duduk di pinggir angkot tak berpintu sempat membuatku
hampir terjatuh, untung kaki nyangkut di kolong bangku. Syukurlah sampai di
basecamp dengan selamat.
21.00 – 00.00
Perjalanan yang
semula direncanakan 4 hari 3 malam sempat diragukan oleh petugas perhutani yang
menjaga basecamp, menurut beliau pendakian di Argopuro kalau bisa jangan pasang
target. Jalan aja ikuti jalur, semampunya, pokoknya malam hari tak boleh ada
rencana jalan. Malam di Argopuro harus camp, karena hari gelap bisa membingungkan
dan menyesatkan mengingat kondisi jalur di Argopuro yang memang dibuat tidak
terlalu jelas dengan plang lokasi. Diskusi rencana perjalanan pun kami lakukan,
sambil makan dan nyemil martabak yang heboh diborong tim Raung kami memutuskan
camp 3 kali di Mata air I, Cikasur dan simpang puncak setelah mengorbankan untuk tidak camp di Danau
Taman Hidup. Obrolan selesai, waktunya tiduur ~
Rabu, 15 Oktober 2014
05.00 – 08.30
Matahari cepat
sekali naik di Jawa Timur, bergegas Subuhan, antri mandi supaya badan lebih
segar saat perjalanan. Tak lupa kami melakukan pemanasan dipimpin Mamang Keret
hahaha.
08.30
Foto bersama di
depan basecamp, siap jalaaan. Argopuro here we come~
09.40
keliatannya sih ijo, tapi debunya masya Allah |
15.00
Sempat
berpapasan dengan penduduk sekitar yang mengendarai motor, debu semakin tebal
beterbangan. Oh, God why.. Harus sesiang ini jalur semakin berdebu. Oiya, Pak
Suryadi bilang sebenarnya kami bisa naik ojek ke Cikasur kalau mau tapi dengan
harga 200ribu. Mahalnyaa.. Ya memang mahal, worth untuk jarak yang ditempuh,
untuk orang normalnya sampai Cikasur ditempuh 3 hari 2 malam, sementara menurut
teman kami yang sesama STAPALA mungkin bisa ditempuh dalam 2 hari 1 malam. Beda
dengan versi manper Tubis yang sangat optimis sampai Cikasur dalam 9 jam Hahaha
15.30 – 16.00
Alhamdulillah
sebelum gelap kami sampai di camp, jiwa – jiwa kelaparan ini pun segera duduk
berbaris makan nasi bungkus yang kami beli di start point Baderan tadi. Biarpun
bungkus nasi sudah menyatu dengan isinya dan minyak gorengan menyebar kemana –
mana, bersyukur bisa makan sebelum gelap datang.
16.00 – 18.00
Sholat, dan
segera mendirikan tenda camp dilanjutkan dengan masak. Menu masakan nasi sop,
asiiik berkuah ~
dua tenda dengan jemuran di tengahnya |
18.00 – 20.00
Makan malam
bersama, uuu masing – masing wadah untuk bertiga orang. Aku, Riweuh Enen makan
dengan damainya, sementara geng cowok rebut sendiri hahaha sengketa.
Sambil
bergantian untuk sholat, kami ngopi – ngopi bareng ngelilingi trangia dan
kompor . Heboh karena gerombolan tikus hutan berkeliaran di sekitar kami,
untung bukan tikus ganas yowis benke wae ~
20.00
Untungnya camp
lebih awal adalah tidur awal, hihihi nice sleep everyone ~
Kamis, 16 Oktober 2014
05.00
Indahnya dunia
kalau kami bangun lebih pagi, sayang sekali sunrise warna cerah pun tak
terlihat bagus dari spot ini. Ketutupan pepohonan, duh reek. Bangun dan menatap
sunrise yang ketutupan itu rasanya sedih. Ga kaya langit semalam yang cerah
bertabur bintang ~
06.00 – 08.30
Berbagi tugas,
memasak, ambil air, ada yang beberes tenda juga sebelum hari semakin siang dan
panas. Makan bersama sebelum lanjut ke tujuan berikutnya. Setelah packing semua
selesai, berdoa semoga perjalanan lancar. Cikasur here we go ~
08.30 – 10.17
Kalah pagi
dengan penduduk sekitar yang naik motor mencari tanaman obat di hutan, jalanan
sudah dibuat debuan. Oh maaan, mau nutup muka pake masker tapi panas, ga
ditutup kebakar matahari. Dilema, jalanan hari ini tak kalah berdebu dan panas
daari kemarin. Setelah nyelonong duluan karena sempat merasa mulas, aku sampai
duluan di pos Mata air II. Sayang sekali, perut sepertinya hanya tipu – tipu
merasa sakit.
10.17 – 11.30
Hompimpa
menentukan siapa yang ambil air, kami istirahat dan makan roti. Sementara itu
di sela – sela obrolan, rencana mendadak Kodok, Keret dan Buncil ke Semeru
semakin menguat. Mereka masih sibuk menggoyahkan Rangrang dan Tubis untuk
bergabung. Gunung tersulit sudah, gunung terpanjang masih on going, gunung
tertinggi sekalian di Jawa, demi prestige kata mereka. Haahaha kita lihat saja.
11.30 – 12.45
Desperate tak
kunjung sampai Cikasur, jalan yang dilalui ternyata melewati Savana kecil. Di
tengah savana ada sebuah pohon besar rindang. Bergegas kami letakkan carrier
dan lari – lari di savana ala – ala gaya Syahrini berbaring di rumput juga. I
feel free ~
Spot di sini
baguus banget, selfie, bikin video, foto bersama 35 tahun STAPALA pun iya.
Yeaay~
selfie pake tripod hahaha |
I feel freeee ~ |
Perjalanan masih
panjang, setelah puas berguling guling di savanna ini kami melongo mendapati Savana
besar kebakaran. Lokasi yang terbakar cukup strategis dan luas, ya Tuhan segini
keringkah musim sampe hutan terbakar hebat.
16.30
Kata orang, spot
di Cikasur bagus untuk sunrise dan sunset. Setelah melewati savanna yang lain,
lewat jalanan dengan sungai jernih yang menghijau ditutupi sebagian enceng
gondok, sampai juga kami di Cikasur. Kyaaa ~
17.00 – 18.00
Sebagian masih
sibuk foto – foto, ada yang segera ke sungai mandi, ada yang ambil air, ada
yang gantian sholat. Untung di sini ada semacam pondokan kecil walaupun nyaris
roboh. Lumayan buat tameng angin di malam hari. Tenda dibangun di samping dan
di pondokan. Spot masak pun sudah ditentukan. Oiya suara merak mulai jelas
terdengar, sayangnya aku tak menemukan satupun merak kelayapan ~
18.00 – 20.00
Seperti biasa agenda
malam hari adalah masak dan makan bersama, selain sholat tentunya. Menu malam
ini adalah Fuyunghay ala mamang Keret dan tumis tempe (lebih tepatnya tumis
butiran kedelai karena tempe remuk duluan) hihihi.
Kocak emang anak – anak posko ini kalau bercanda, sok – sokan jadi juri Tubis, Kodok dan Buncil di skip giliran minum teh. Rasakan hahaha. Akhirnya pura – pura lomba masak dan juri – jurian ini selesai juga, angin malam bertiup semakin kencang, alay2 sebelah menyalakan api unggun dengan menebang pohon di sebelah. Oiya, mereka adalah segerombolan orang yang datang dengan motor. Dari Baderan pukul 13.00 dan hanya menempuh 4 jam sampai di Cikasur. Sementara kami harus 2 hari 1 malam baru sampai sini. Sakitnya itu disini..
masaaaak! |
Kocak emang anak – anak posko ini kalau bercanda, sok – sokan jadi juri Tubis, Kodok dan Buncil di skip giliran minum teh. Rasakan hahaha. Akhirnya pura – pura lomba masak dan juri – jurian ini selesai juga, angin malam bertiup semakin kencang, alay2 sebelah menyalakan api unggun dengan menebang pohon di sebelah. Oiya, mereka adalah segerombolan orang yang datang dengan motor. Dari Baderan pukul 13.00 dan hanya menempuh 4 jam sampai di Cikasur. Sementara kami harus 2 hari 1 malam baru sampai sini. Sakitnya itu disini..
sky full of stars in Cikasur |
21.00
Seperti biasa,
pola tidur bayi, tidur awal, save energy untuk hari esok. Goodnight ~
Jumat, 17 Oktober 2014
04.30 – 05.00
Sunrise di
Cikasur indah? Ga keliatan jelas, ketutup bukit sebelah, ah kzl. Sunrise nya tipu tipu.. Yang sholat sholat,
yang kena php sunrise yaudahlahya..
06.00 – 07.30
Rutinitas pagi
hari, masak lagii, kali ini giliran sayur jipang dan tempe lagi hihihi. Sarapan
happy ~
07.30 – 09.06
Biar gaul bawa
tulisan happy birthday buat temen, happy wedding juga ada, yang bikin foto mesra
ngajakin pacarnya naik gunung juga ada. Hihihihi Puas foto – foto dilanjutkan
cleaning area, kami bersiap melanjutkan tujuan ke simpang puncak.
are you ready kapten? aye~ |
09.06
Bismillah,
simpang puncak optimis digapai sebelum senja menjelang. Bismillah ~
09.06 – 11.36
Jalan keluar
masuk hutan lagi, kering kerontang, semak belukar kami lewati, termasuk area
edelweiss yang menghampar luas. Subhanallah bagusnya ~
Sekitar 90
nmenit perjalanan kami tempuh, sampai juga di Cisentor. Halooo
11.36 – 12.12
Merencanakan
strategi perjalanan berikutnya, semua dilakukan demi tiket kereta tanggal 19
yang harus dikejar tepat waktu. Ada yang selfie, ada yang sibuk ngambil air,
ada yang bikin video pura – pura kaget sampai Cisentor wkwkwk Pokoknya ini fun
trekking aja lah, no sad feeling
13.25
Ketinggian yang
semakin bertambah kami lewati, satu lapis baju pun tak cukup menghangatkan,
alhasil dua lapis baju kupakai demi menghangatkan badan, plus sarung tangan
agar kuku tanganku yang patah tak semakin sakit terkena semak belukar. Sampai
juga di Rawa Embik, aku berteriak sekencang – kencangnya. Aaaaaaaaaaaak. Dan
burung – burung yang tadi sempat hinggap terbang semua, duh maap terlalu senang
sampai sini.
13.25 – 14.50
Sembari
istirahat, kami manfaatkan waktu untuk ambil air yang terakhir sebelum ke simpang
puncak dan sholat. Terlalu lama berhenti, dingin semakin menusuk tulang.
Perjalanan kami lanjutkan lagi ~
16.04
Dengan muka
bercadar ala – ala, dan kacamata hitam, aku berjalan menantang matahari hihihi.
Setidaknya efek gosongnya tak akan terlalu parah ya ~
Bahagia itu saat
badan sudah terlalu lelah, dan ternyata spot tujuan kami sudah di depan mata.
Selamat datang simpang puncak, perempatan deng lebih tepatnya. Ke arah sana
Rengganis, ke situ Puncak Argopuro, ke sana dikit arah pulang. Ciyeee senangnya
sampai sebelum gelap. Buru – buru meletakkan carrier dan berleha - leha
16.30 – 17.00
Sebelum
terlewat, berburu sunset ke Puncak Argopuro 3.088 mdpl. Selamat datang, jadi
ini toh Puncak Argopuro yang harus kita lewati berhari – hari perjalanan itu.
Tak terlalu special, tapi mencapainya butuh waktu sekian lama hahahha
puncak Argopuro |
17.00 – 17.13
Foto dengan
spanduk Selamat 35 tahun STAPALA, walaupun perjalanan ini nantinya tidak
dihitung untuk 35 tahun STAPALA (hiks). Dilanjutkan video pura – pura kaget
sampai di puncak dan foto masing – masing, sebagian dari kami turun untuk
mendirikan camp duluan, sementara sebagian mau ke Puncak Arca.
17.30 – 18.00
Sebelum gelap
tenda sudah berdiri, siap masak.
18.00 – 20.00
Menu malam ini
adalah soto, mau masak aja pake acara berantem dulu. Mau makan pake acara
dipaksa ngambil dulu karena masak di tenda yang berisi aku, Enen, Riweuh dan
Tubis. Sementara di luar setelah menggoreng telur, Keret langsung masuk tenda
saking dinginnya. Partner makan cewek tetep bertiga, sementara Tubis heboh
karena bareng Sundul, ga bareng Kodok lagi rebutannya. Hahaha kocak lah mereka,
kami para cewek cuma ketawa melihat kelakuan mereka yang seperti bocah.
21.00
Karena rencana
besok pagi – pagi banget mau ngejar sunrise, mari kita tiduur ~
Sabtu, 18 Oktober 2014
04.30
Angin semalam
bertiup dengan kejamnya, memaksa kami meringkuk di balik sleeping bag lebih
lama. Hasilnya? Ga ada yang mau summit, ga ada yang keluar dari tenda, kecuali
Tubis. Maafkan kami, malah ndekem di tenda semua. Dinginnya ampun ga nahan..
05.00 – 06.30
Akhirnya hanya
Tubis, aku, Riweuh, Enen dan Sundul yang mau keluar tenda dulu. Setelah sholat,
kami nyicil mau masak menu berat terakhir, nasi sarden. Sekalian bikin minum
hangat, kokoa, kopi dan teh. Hihihii lumayan badan makin hangat.
06.30 – 07.30
Karena summit
attack yang secara sengaja kesiangan, kami packing dulu sebelum muncak ke
Rengganis. Bismillah, cuaca sudah menghangat.
07.50
Berangkat summit
ke Rengganis, siap tongsis, kamera, air dan kacamata alay ihihihi
08.00 – 08.30
Sampailah kami
di Puncak Dewi Rengganis yang melegenda itu, ciyeee kesiangan banget padahal
kalau pagi buta tadi kami sampai sunrise nya pasti bagus. Ah, tak apalah yang
penting foto – foto dan bisa selfie di puncak syukur Alhamdulillah.
08.30 – 09.00
Bergegas turun
dan ambil carrier masing – masing, bismillah tujuan selanjutnya, Cemoro Lima,
Danau Teman Hidup #eh , baru trekking turun ke peradaban.
09.00 – 10.30
Berjalan
melewati hutan yang terbakar, sisa – sisan bara api masih terlihat, bau asap
kebakaran masih tercium tajam, melewati kayu – kayu tumbang dan jalanan yang
terjal adalah jalur turun kami via Bremi. Setelah satu setengah jam berjalaan
sepertinya Cemoro Lima telah kami lewatkan tanpa sadar. Berhenti di tepi
jurang, sekedar makan biscuit Roma Sari Gandum bekal yang tersisa, obrolan
kocak tetap saja ada. Skandal puncak atika wkwkwkw.
10.30 – 12.50
Tinggal sebentar
lagi, sebentar lagi sampai danau, tipu – tipu diri sendiri akhirnya kami sampai
di Danau Taman Hidup, yang selalu salah kusebut Danau Teman Hidup. Wkkwkwk
Senangnya di pinggir danau sejuk hawanya, udaranya segar, dan sepi tak seperti
Ranu Kumbolo yang sekarang ramai macam pengungsian. Sayang sekali kami tak
menemukan rusa dan hewan – hewan yang kabarnya sering minum di danau ini. Hanya
terdengar teriakan monyet berkelahi yang kami pikir menyerang Keret karena dia
tak juga tampak seusai mengambil carrier -___-
12.50 – 15.05
Demi tiket 19
Oktober kami rela tidak camp di sini, berhenti cukup lama untuk sekedar foto –
foto, masak mie instan dan makan bersama. Ternyata masih lapar juga, ada sisa
tepung maizena dimanfaatkan untuk membuat cilok (yang gagal dan akhirnya
digoreng). Yaampun, ini survival mode on. Untungnya perjalanan sesame STAPALA
kami tidak jijikan dan pilih – pilih makanan. Karena pernah mengalami diklat
dari organisasi yang sama dan sudah seperti saudara, perasaan rishi makan –
makanan yang tak menarik itu nyaris tak pernah ada. Untuk kondisi ini kami jadi
kreatif, dengan bahan seadanya tepung pun bisa dimakan, ditambah masih ada
kerupuk ikan. Hihihi
selfie pake tripod di Danau Taman Hidup, biar ngehits |
“Sejauh ini,
perjalanan paling menyenangkan dan nyaman adalah bersama STAPALA, karena kami
datang dari frekuensi yang sama “
15.05 – 18.22
Danau Taman
Hidup kami tinggalkan setelah berfoto bersama dan berdoa. Siap meninggalkan
hutan belantara menuju peradaban.
Jalur pendakian
Argopuro ini terhitung nyaman, tak terlalu terjal, sejauh kaki baik – baik saja
itu tak masalah. Karena asik turun berlari, kakiku keseleo dan dua lutut ini bengkak, antara geli merasa
bodoh karena berkali – kali terjungkal, sedih rasanya tak bisa turun berlari
seperti biasanya. Aku lambat, jalan terpincang – pincang, duhdeek. Turun dengan
langkah agak lambat, dan muka mewek karena tadi mendapati ulat bulu melintang
di jalur, aku pasrah. Sampai di bawah malam sendiri tak apa, untung nya Sundul
Riweuh bareng denganku sampai bawah. Ya mau tak mau kaki ini dipaksa berjalan.
Jangan manja, sebentar lagi peradaban Nggi!
Alhamdulillah
ba’da magrib kami sampai di peradaban Bremi, Situbondo. Bahagianya melihat
kerlap kerlip lampu dan lalu lalang manusia lagi.
19.00 – 22.00
Kamipun bergegas
ke tempat Pak Arifin di pos Bremi, makan malam di warung dekat masjid. Lupakan
makanan survival, ini peradaban, saatnya makan ayam :3
Gantian antri
mandi sebelum sampai stasiun hihiihi bahagianya pendakian yang penuh skandal
dan banyolan ini selesai dengan bahagia :D
23.30
Dengan angkot
carteran seharga 300 ribu, kami ber 9 yang kelelahan ini terlelap selama
perjalanan ke Probolinggo. Sampai Stasiun Probolinggo, waktunya say goodbye ke Rangrang Tubis yang akan ke Surabaya.
Sementara Keret, Kodok, Buncil akhirnya memutuskan melengkapi pendakian SAR
(Semeru Argopuro Raung). Kami sengaja tidak mengucapkan selamat ulang tahun ke
Tubis yang hanya setengah jam lagi. Hihihi, maapin aja ya wkwkwk
Sementara kami
ber 6 tidur ngemper di stasiun menunggu pagi menjelang.
Minggu, 19 Oktober 2014
04.00
Jadi ini toh
rasanya ngemper di stasiun, bangun setelah mules dan langsung sholat sekalian ke
masjid.
06.30- 08.30
Probolinggo pagi
ini, senangya melihat keramaian, warga ramai jalan jalan keliling sunmor, ada
yang jogging, ada yang senam, ada yang sekedar jajan di sekitar sunmor.
Sementara itu, kami sarapan, Enen makan lontong kari, sementara kami lainnya sarapan
mie ayam -_-
09.30
Kodok Keret
Buncil off to Semeru, selamat jalan tim SAR semoga sukses perjalaanannya hihihi
11.05
Bangsal Riweuh
Enen Sundul, geng Sri Tanjung pulaaang. Terimakasih Argopuro untuk
perjalanannya yang panjang, terimakasih saudara2 ku untuk trip yang sangat
menyenangkan. Semoga segera dapat SK dan penempatan, kita jalan lagi yuk :3
Peserta :
1. Anggi Restiana Dewi a.ka Bangsal 975/SPA/20122. Atika Ratnasari a.ka Riweuh 953/SPA/2012
3. Najihah Nh a.ka Enen 932/SPA/2011
4. Adi Setia Jaya a.ka Sundul 939/SPA/2011
5. Tumbur Leonardo a.ka Tubis 944/SPA/2011
6. Septian Eko Cahyo Nugroho a.ka Kodok 979/SPA/2012
7. Ghaisandi Oktrianda a.ka Rangrang 1024/SPA/2013
8. Muhammad Taufik a.ka Keret 1023/SPA/2013
9. Syakir Perdana Putra Munthe a.ka Buncil 1027/SPA/2013
Berangkat :
Probolinggo - Besuki angkot : @ Rp 5.000
Besuki - Baderan , carter angkot : Rp 150.000
Perijinan : Rp 100.000
Pulang :
Bremi - Probolinggo, carter angkot : Rp 300.000
Iuran peserta @120.000 --> logistik, perijinan dan transport Probolinggo
NB : Informasi Pendakian
1. Polsek Krucil 0355 891002
2. Suryadi (Resort BAderan) 081336017979
3. Bidang KSDA Wil 3 Jalan Jawa 36 No Telp 0331 335079
Tidak ada komentar:
Posting Komentar