Minggu, 10 Januari 2016

Matantimali Paralayang, Menikmati Kota Palu dari Ketinggian

   Paralayang, adalah salah satu olahraga yang menantang adrenaline dan dilakukan dari ketinggian. Sedangkan ketinggian adalah salah satu phobia terbesar yang ku punya, nyali langsung melempem apalagi jika olahraga berkaitan dengan ketinggian. Tapi itu semua berubah manakala aku benar – benar dapat kesempatan mencoba olahraga satu ini.


  Salah satu destinasi tujuan kami (aku dan geng ngetrip) dalam trip Palu Donggala kemarin adalah Matantimali, which is lokasi paralayang dan tempat kita melihat pemandangan dari ketinggian. Sempat pengen ga pengen untuk paralayang dan akhirnya kami sampai di spot take off mau tak mau aku tergiur juga untuk mencoba. Sedikit lebay karena sudah mempersiapkan seandainya di ketinggian terjadi hal – hal terburuk aku sudah siap, demi menuntaskan rasa penasaran . Rasanya mubazir sudah menempuh jalanan yang sedemikian rupa tapi tak mencoba olahraganya sekalipun. Terimakasih teman temin yang sudah rela menunggu kami yang berparalayang ria ini. I love you to the moon and back!



 


   Dengan banderol harga 400 ribu per orang untuk durasi terbang 10-20 menit tak apalah, demi sebuah pengalaman baru. Untuk amatir dan newbie seperti kami, tandem selama paralayang adalah keharusan. Tandem atau pemandu terbang inilah yang akan mengendalikan parasut sementara kita penumpangnya plongah plongoh takjub menatap pemandangan dari ketinggian. Penerbang parasut yang kunaiki ini adalah atlet paralayang, pengalamannya sudah menjelajah banyak pulau di Indonesia. Katanya si abang ini juga takut ketinggian, tapi dengan kita percaya sama alat percaya deh penerbangan parasut aman. 


   Setelah memasang alat safety dan melilitkan go pro di tangan kiri, waktunya tandem paralayang berlari. Diiringi teriakan takut, excited dan parno di ketinggian parasut kami melesat. Yey, waktunya menikmati Palu dari ketinggian, subhanallah bahagianya melihat pemandangan semacam ini walaupun cuma sekian menit saja lumayan. Terlihat karpet hijau pepohonan dari ketinggian, pemandangan kota dan garis pantainya. Berkali kali parasut yang kunaiki dimanuver sampai suara habis untuk teriak. Walaupun pandangan agak nggliyeng karena memang takut ketinggian, overall I really enjoy this sport. Parasut mendarat, sedikit nyusruk sih karena aku lupa berdiri di lapangan. But well, I’m the happiest ~




Batal dan hanya wacana paralayang di Puncak, keturutannya waktu sudah nyebrang pulau. Semoga akan selalu ada lain kali untuk melihat pemandangan berayun ayun di ketinggian. 

Sampai ketemu di paralayang ke depan ~
Diaminin saja ya, semoga phobia ketinggiannya cepat sembuh.

Cheers,
Anggi Restiana D

Jumat, 08 Januari 2016

Palu - Donggala Trip Part 2 ( Snorkeling at Tanjung Karang, Matantimali Paralayang & City Explore)


Sabtu, 2 Januari 2016

04.30 – 07.00
   Bangun pagi tak menjamin semua orang langsung bangun sadar sepenuhnya apalagi setelah sholat subuh. Ditambah karena angin yang sudah menghilang lewat tengah malam keinginan untuk tidur lagi semakin besar. Tapi itu tak berlaku untukku. Selagi yang lain tidur aku memilih untuk menunggu matahari terbit yang akhirnya mengecewakan dan aku hanya buang buang waktu sedikit sambil nyicil mencatat perjalanan.
Janjian snorkeling jam 7 pagi sepertinya mustahil untuk dilakukan tepat waktu and my feeling was right. Bapake yang menyewakan kapalnya belum datang karena sarapan dulu. Sementara aku ngeyel tak usah sarapan, Arum dan Icang pergi beli sarapan untuk kami semua.
07.00 – 08.00
Selagi menunggu sarapan datang, kami berempat nyicil ganti baju untuk berbasah basahan. Terimakasih Arum dan Icang, untung lah kami sarapan. Bisa kelaparan luar biasa inimah nantinya.
08.00 – 10.00
Kapal yang kami sewa datang, dipandu bapak nelayan setempat dan putranya yang sedang libur sekolah kami dibawa ke dua spot terbaik untuk snorkeling. Spot pertama kami di dekat cottage Prince John milik warga asing yang menikah dengan warkamsi (warga kampung sini). Laut yang tenang dan warnanya yang mulai membiru membuat kami bersemangat untuk segera nyebur dan bercengkrama dengan ikan – ikan laut yang lucu.






Well, walaupun sudah berlatih menggunakan alat snorkeling ternyata tak menjamin air laut tak menyelinap masuk membuatku tersedak. I’m such an amateur seriously. First time snorkeling, bahagianya luar biasa melihat ikan ikan laut mengerubuti pakan yang kami bawa. Ukuran lifejacket yang kebesaran membuat posisiku di air tak terlalu nyaman, tak hanya tersedak taapi posisi badanku berputar putar tak karuan. Walaupun hanya kecipak kecipik sempat membuatku kewalahan, ditambah masih trauma di air dalam membuatku berusaha menggapai gapai yang lain mencari pegangan.

   B Pro action cam yang kami bawa kehabisan baterai karena terlalu lama terpakai tanpa sengaja, sempat jadi  rebutan dan foto kami di air agak kacaunya keterlaluan. Hanya beberapa jepret foto bersama dan blur sebagiannya. Untung Icang sempat mengabadikan gambar ikan – ikan dan beberapa jepretan foto yang lumayan. Maafkan aku yang kebanyakan memegang kamera tapi mubadzir menggunakannya karena sibuk keselek air. Kami pindah ke spot yang lebih ke tengah laut, warna biru tosca terhampar luar dan gelombangnya lebih banyak daripada spot Prince John. Sebagian kami turun hanya sebentar, berenang tak terlalu jauh karena gelombang mengombang ambing kami agak ke tengah, kan capek ya mau renang kesana sana. Sementara Ismul dan Dika berenang kejauhan dan jauh dari kapal. Tinggalin aja lah yuk ~
10.00 – 11.00
Puas nggak puas sih main air pas snorkeling, kami masih malas beranjak dari air. Dan akhirnya banana boat adalah pemuas hasrat main air kami yang selanjutnya. Berteriak sekencang kencangnya karena ketakutan yang luar biasa memberi kesan lain setiap naik banana boat. Setelah berputar berputar beberapa kali kami dibanting dan tersedak air lagi. Sudah jatuh, keselek air, ketimpa pantat tetangga pula, namanya juga banana boat ~ Lumayan hari semakin siang dan kulit kami sudah menghitam legam.

11.00 – 12.40
Bergantian giliran untuk mandi setelah puas bermain air, kami beres – beres cottage yang sudah seperti kandang dan bersiap untuk meninggalkan Tanjung Karang. Sampai ketemu lagi Donggala, siap mengejar itinerary mengunjungi objek berikutnya. Perut keroncongan ga karuan, waktunya berburu kaledo, makanan khas Donggala yang katanya khas dan banyak diburu.


12.40 – 15.30
Perjalanan berburu makan tak terlalu banyak obrolan yang keluar dari mulut kami, mungkin karena sudah kelewat lapar dan lelah, mau bercanda saja malas. Jadilah perjalanan berburu makan siang kami sedikit lebih hening dari biasanya. Ada banyak sumber yang menyebutkan Kaledo Loli adalah yang terlegendaris dan laris. Awalnya sempat ragu karena kedai sepi, ternyata karena si empunya tempat makan masih masak dan kedai belum buka.
Kedai tak kunjung buka kami memilih sholat di masjid terdekat, dan sekembalinya kami ke kedai lima mobil sudah berjajar rapi di dekat mobil kami. Howlyyyy dan antrian sudah sepanjang ini,hmm sabar ga sabar sih. Pengen kaledo sumsum yang makannya pake sedotan ternyata kami salah pesanan, yasudahlahyaa daripada ga makan perut inda tahan kalau disuruh nunggu lagi.
Panas panas mengepul karena baru matang kaledo kami siap disantap, selamat makan ~ (tulisan tentang kaledo bakal dibahas di tulisan berikutnya hehehe) Be aware of the colestrol in your blood, dudes ~

15.30 – 17.00
Kenyang berkaledo ria, sekarang waktunya kami kembali ke kota biar bisa nginap di gueat house yang kami inapi waktu malam pertama datang. Yeaay, ternyata Palu Donggala tak sejauh yang kami kira. Namanya udah hapal jalan sama awal masih meraba raba peta pasti beda lah ya.
By the way karena itinerary tidak fix seperti rencana awal kami berputar arah mencari oleh – oleh khas Palu. Kami berhenti di Toko Diana, yang penting asli Palu ya gaes.



Dan makanan khas setiap orang berkunjung ke Palu ternyata memang bawang goring, kata orang Palu bawang goreng mereka bisa langsung dicemil. Tapi namanya tetep bawang ya gimana gitu, bahkan temen yang mau dibeliin oleh – oleh pake acara ngece dulu karena mau takbeliin bawang. Yowis ga sido wis rek ~ Aku ngoleh olehin orang kantor sama anak kosan aja
17.00 – 19.00
Beli oleh – oleh udah, waktunya sejenak istirahat (buat yang istirahat) dan lanjut main main air buat yang masih belum puas nyebur di laut. Dika tidur di kamar sementara mbak Resti mainan hp, empat yang lain jelas langsung nyebur kolam. Beda ya rasanya habis keselek air laut main main sekarang nyebur di kolam rasanya sempit gimana gitu (songong). Padahal renangnya Cuma ngambang ngambang ga jelas karena memang ga bisa.

19.00 – 21.00
Main air sampai magrib, mandi lagi dan perut sudah meronta – ronta minta diisi. Malam ini kami makan ayam bakar ( lagi), ya maklum bisanya nemu tempat makan ya paling penyetan atau kaledo lagi kaledo lagi. Hahaha Lumayanlah ayam bakar Palu ini banyak sambalnya, duh bahagianyaa ~
21.00 ~
Ga ada yang sanggup main kartu UNO lagi, ga ada yang begadang lagi, paling yang telpon telpon aja sudah. Selain itu kami langsung tidur saking lelahnya, tinggal besok waktu eksplor kota. Pliss jangan cepat kembali ke realita dunia kerja


Minggu, 3 Januari 2016
05.00 - 08.00
Bangun pagi, antri mandi dan beres beres kamar sudah jadi agenda. Yang masih malas bangun ya goler goler lagi, yang langsung duduk sarapan juga ada. Sudah ganteng dan cantik siap jalan lagi (walaupun moodku sempat morat marit di awal)
08.00 – 09.00
Pengennya sih diam membisu di perjalanan, tapi apa daya temen jalan kelewat koplak dan mengundang tawa. Lupa deh badmoodnya. By the way tujuan kami hari ini adalah Matantimali, sempat mau diganti ke Lore Lindu tapi semalam hujan lho kalau mau jadi sih aku manut aja. Excited jalan hanya tinggal di angan, sebenarnya pengen pulang aja dari semalam. Gini amat sih ya sanguin, jangan terlalu kebawa mood pliss.
09.00 – 10.45
Setelah yang lain berunding dan aku tidak berusaha melibatkan diri, terima ga terima kami ke Matantimali. Niat awal sih semua paralayang, entah walaupun harga tidak semurah yang ditulis di blog orang dan sudah naik sekian ribu rupiah dari harga lama aku tetap berminat untuk terjun. Gambling aja sih, kalau bisa on the spot bayar untuk paralayang ya oke kalaupun Cuma bisa liat pemandangan foto foto ya tetep terima aja. Trek jalan naik ke lokasi paralayang cukup licin, bahkan mobil bapak bapak di depanku sampai copot bannya. Gimana ga deg degan -___-




Dan kami tetap naik ke atas, alhamdulillah ya Allah sampai juga di lokasi paralayang. Sebenernya ga pengen pengen amat sih, moodnya udah terbang bersama gerimis yang mengguyur gunung Gawalise ini.
10.45 – 11.30
Kebelet pipis dan kamar mandi tutup, kuncinya dibawa penjaganya yang lagi ke Palu. Ya menurut ngana kudu gimana mau paralayang musti nahan pipis kan ga lucu. Yaudah ke kamar mandi darurat pake air mineral wkwkwkkw mohon maap. Di antara kami berenam sebenarnya yang pingin banget paralayang Mbak Resti, moodku yang sempat jelek tadi buyar ketika melihat parasut siap terbang. Aku juga mau! Apapun yang terjadi aku harus naik, dan akhirnya aku yang turun duluan. Kalo aku yang nunggu di bawah lokasi landing kan ga masalah, toh sepatu nanti bisa dititip ke rombongan yang membawa parasut ke lokasi take off. Berbekal kamera go pro hero 4 yang disediakan bersama perjalanan aku turun duluan, untuk ukuran orang yang phobia ketinggian aku nekat. Apapun deh demi paralayang, keluar uang lebih tak masalah barangkali tak ada kesempatan lagi aku coba paralayang di sini.



Entah apa yang ada di pikiran yang lain, tadinya yang ga mau paralayang cuma Dika karena kelelahan nyetir sekian hari perjalanan kami, ga ngerti yang lain nanti gimana. Aku nunggu di lokasi landing saja lah setelah landing di bawah, tanpa membawa barang bawaan apapun. Diiringi aba – aba untuk lari persiapan take off aku berteriak sekencang kencangnya, ya maklum namanya first timer dan phobia ketinggian ya begini. Bahagia rasanya melihat kota dari ketinggian, apalagi action cam nya bagus. Subhanallah Palu dari ketinggian bagus banget. Tandem paralayang ku, bang David yang ternyata atlit nasional dan berpengalaman di banyak wilayah di Indonesia sempat memutar – mutarkan parasut yang kunaiki dengan berbagai maneuver. Lumayan bikin jantungan sih, tapi seruu.

Pendaratan hampir sempurna, sedikit nyusruk tanah sih karena aku lupa berdiri di kaki sendiri. Efek keasikan duduk di udara. Hahaha
11.30 – 14.30
Tak membawa barang apapun, aku hanya plonga plongo sendirian di bawah. Sekian jam ngobrol dengan abang – abang penerbang parasut ini, tanya – tanya objek wisata sekitar, penasaran dengan teknik dan cara belajar menerbangkan paralayang lumayan ga bingung nganggur duduk di gedung tua.
Yang namanya menunggu rasanya membosankan ya, apalagi lapar. Atas saran penjaga pos di tempat landing sebaiknya aku menunggu di markas mereka which is pemandian air hangat. Dan aku lebih memilih menunggu di masjid sampai tak sengaja tertidur. Capek banget rasanya, lapar, hujan pula, pas banget lah ya udah sendiri ga pegang alat komunikasi pula. Hidup gue -__-
14.30 – 16.00
Bahagia adalah ketika kamu sendirian kelaparan dan berjalan di bawah hujan nemu ada uang di saku, lumayan buat beli minuman dan cemilan pengganjal perut sementara. Bingung dan hola holo jalan sendirian dari jauh terlihat mobil merah yang sepertinya kukenal, ternyata itu Arum, Icang dan Dika. Alhamdulillah ya Allah ketemu mereka, ternyata Arum batal terjun dan Mbak Resti bareng Ismul jadi terjun. Kami berempat pindah lokasi menunggu mereka di pemandian air panas sambil minum pop ice yang harganya lima ribu perak. Sedih ya di kampungku paling dua ribu aja harganya L
Mbak Resti dan Ismul sudah take off, dua parasut terlihat melayang di udara sementara cuaca semakin gelap. Semoga lancar ya sisbro, biar cepat makan kita. Atas info dari penjaga pos landing kami pindah lokasi lagi sekalian menjemput mereka.
Maafin kami bertiga ya Dik, Cang, Rum, mungkin bertiga yang paralayangan ngeselin dan bikin kalian nunggu lama. Pindahlah kami dari lokasi paralayang menuju kota demi sesuap nasi.
16.00 – 17.30
Perjalanan yang ditempuh untuk makan sore lumayan tak terlalu lama, setelah beribet ribet ria dengan lalu lintas jalanan kota yang mulai ramai semrawut kami sampai juga di resto penolong. Kenapa resto penolong? Karena tempat –tempat makan lain yang kami tuju tak satupun buka.
Alhamdulillah harga makanan tak terlalu mencekik dan makanannya lumayan enak :D


17.30 – 18.00
Lelah setelah jalan bergunung gunung kami tempuh seharian, plus paralayang yang membuat adrenaline lumayan terpacu dan teriakan menguras tenaga saking excitednya berada di udara, kami pulang ke cottage bebersih dan sebentar rehat.
18.00 – 19.30
Mager mager malas keluar tapi keinginan untuk makan kaledo sumsum mengalahkan kemalasan kami akhirnya. Tenaga sudah berkurang banyak, mau ngeyel ngeyel ngajak makan keluar kok ya males. Akhirnya Arum yang sukses mengajak geng keluar untuk makan kaledo terakhir kalinya.
Yeaaay Kaledooo sumsum :”

19.30 ~
Perjalanan hari ini segera diselesaikan karena mobil akan dikembalikan, untung sempat mampir ke Rumah Adat Banua Oge meskipun sebentar dan memfoto Jembatan Palu IV yang  kami ganti nama jadi Jembatan Mcd walaupun hanya sebentar, masjid Babu Arkham yang terletak persis di pantai dan posisinya ke arah laut. Besok sudah Senin, rasanya cepat sekali waktu berlalu. Masih pengen liburan ke tempat lain lagii ~






Beres beres cottage dan segera istirahat, happy last minutes of this weekend!

Senin, 4 Januari 2016
04.00 – 05.00
Bangun pagi dan segera bersiap untuk kembali ke realita, liburan usai, taksi jemputan kami datang semenit kemudian. Mau pamitan tapi si ibu sudah berangkat ke tempat tugas, sampai ketemu lagi di lain waktu bu ~
05.00 – 06.06
Antrian penerbangan pagi lumayan ramai, kami datang tepat di waktu antrian sedang pada puncaknya. Well, tiket di tangan dan penerbangan tak terlalu molor dari jadwalnya. Sampai ketemu lagi di lain waktu, Sulawesi.
06.06 – 07.15
Selama perjalanan ke Balikpapan kami lebih banyak tidur saking kelelahannya. Paling sebentar sebentar nengok ke luar jendela berharap sunrise, tapi apa daya jam segini ngarep sunrise sedangkan langit diluar sedikit mendung dan sempat gerimis beberapa saat. Terimakasih 3 hari 3 malamnya Palu, see you when I see you. Sampai di Balikpapan Senin pertama dan hari kerja pertama di tahun 2016, tetap semangat kejar setoran demi liburan berikutnya yang tak kalah menyenangkan. Walaupun tunjangan kerja tetep dipotong, digawe hepi wae ya


See you in the next happy trip guys ~~


Palu - Donggala Trip, one year to spend together ~ (Part 1)


 Liburan masih berlanjut, walaupun tak sepanjang liburan Natal dan sedikit drama rencana liburan akhir tahun akhirnya sukses terlaksana. Sempat diawali dengan ribut hanya wacana dan tiket yang tak kunjung dibeli dan akhirnya naik seratus ribu dari harga awalnya, itinerary yang kususun bersama Icang dengan impossible destinations nya trip kami dijalankan dengan timing yang sesuai harapan. Bagi bagi tugas Dika sebagai driver full time, aku nyatet perjalanan, Icang dokumentasi, Arum a.ka bukos sebagai bendahara, Imsul dan mbak Res sebagai Seksi konsumsi yang wara wiri turun mobil beli jajan selama perjalanan trip kami selama sekian hari dipastikan aman.

 
Kamis, 31 Desember 2015
20.15 – 21.55
Setelah semalam menyusun itinerary perjalanan, kami berangkat setelah ada instruksi kantor untuk tetap buka sampai malam yang sempat menghalangi. Untungnya di antara kami berenam tak ada yang dapat jatah untuk jaga loket. Taksi jemputan datang, off to Sepinggan airport dan delay, pesawat kami yang seharusnya terbang pukul 20.50 baru berangkat sejam kemudian. Ada yang main hp, tidur tiduran, ada yang sibuk megang telinga kiri dan ada yang cuma duduk ngelamun. Alhamdulillah ya akhirnya trip wacana dilaksanakan juga.

21.55 – 22.40
Pesawat berangkat menuju kota Palu, penerbangan lancar dan kami mendarat dengan selamat di ibukota Sulawesi Tengah ini. Bandara Mutiara SIS Al Jufri menyambut kedatangan kami dengan cuaca panasnya, alhamdulillah berpijak di tanah Sulawesi. Mobil jemputan kami batal datang, akhirnya dengan keadaan dipaksa melek kami naik taksi sampai guest house.


Kebetulan pemilik guest house ini adalah pegawai KPP Poso, yang tinggalnya di Palu, bu Hermina namanya. Rumah beliau menempati area yang cukup luas, bahkan ada kolam renang dan meja ping pong disediakan, oiya disini kami menginap dengan harga per kamar 250ribu untuk bertiga. Aku, Arum dan mbak Resti di kamar tengah, sedangkan Dika, Icang dan Imsul di kamar satunya.
Malam tahun baru hanya suara kembang api dan riuh langit Palu yang terlihat dari guest house, toh kami tak berencana kemana mana malam ini, biarlah satu tahun kami habiskan untuk istirahat.
Happy Neuer everybody ~~

Jumat, 1 Januari 2016
05.00 – 08.00
Yang bangun pagi sholat terus tidur lagi ada, yang bangun just in time dan langsung beberes mandi juga ada, tidur sekian jam dan 2015 berlalu begitu saja. Selamat datang tahun yang baru, mulai hari ini rencana trip kami menjelajahi Palu dan Donggala harus dijalankan semaksimalnya. 
08.00 – 09.00
Ngomong –ngomong soal rencana perjalanan, waktu sejam kami agak molor karena mobil pinjaman ternyata lokasinya cukup jauh dari guest house kami. Dika dan Icang yang nyamper ke lokasi, da kami mah sisanya gegoleran dan siap siap sambil nunggu mobil rentalan datang.
09.00 – 11.00
Mobil datang, kami siap menyusuri jalan menuju Donggala. Memang tak sesuai dream itinerary yang terlalu ngoyo perjalanan kami buat agak flexible tak terlalu sesuai itinerary awal yang terkesan sangat ambisius mengunjungi banyak tempat sekaligus. Well diputuskanlah tujuan kami mencari penginapan sekalian ke pantai Tanjung Karang. Dari Palu menuju Donggala kami menempuh waktu sekitar 60 menit. Sebenarnya akses jalan tak terlalu buruk tapi karena kami terlalu excited melihat rute perjalanan yang melewati garis sepanjang pantai waktu tempuh kami sedikit lebih lama. Pemandangan laut yang berwarna biru dan tosca yang terlihat jelas gradasinya adalah impossible view to find di kota yang kami tinggali, Balikpapan. Teriak teriak macam orang ayan kami di sepanjang perjalanan, ditambah obrolan bodo ejek – ejekan dan ngelawak sambil nyanyi nyanyi di perjalanan, kami tiba di Pantai Tanjung Karang yang mulai ramai diserbu pengunjung.

11.00 – 13.00
Kekhawatiran kami pun terjawab, ya cottage yang harganya miring sudah ludes diserbu wisatawan. Berpencar untuk mencari cottage yang bisa kami gunakan menginap kali ini, panas terik apalagi di pantai makin membuat kami lemas, alhamdulillahnya sih akhirnya kami sepakat menginap di cottage paling pojok menghadap pantai langsung dan akan digunakan menginap berenam. For the sake of our budget menyewa satu cottage pun lebih dari cukup daripada harus kembali ke kota dan besoknya masih akan menempuh perjalanan lama.
13.00 – 15.00
Tenang karena dapat cottage idaman, kami pindah haluan ke punggungan laut yang lain menuju Pusat Laut Donggala. Perjalanan yang kami tempuh tak begitu jauh, tempat tujuan kami yang lain tak didapat karena ternyata Desa Limboro yang kuandai – andai memiliki sebuah sentra industry tenun tak sesuai seperti yang dipikirkan. Di tengah perjalanan niat ingin bertanya jalan kami malah berhenti mampir di toko dan berenam kompak semua beli topi, alay sih kalua dipikir tapi gapapa lah hahaha.  

 
 Dan jadilah kami berkunjung di Pusat Laut Donggala a.ka Sink Hole yang konon katanya bagus. Mungkin karena efek pagar pembatas sekarang dibuat tembok melingkari dan kepadatan pengunjung yang keterlaluan banyaknya membuat pesonanya sedikit pudar di mata kami. Hmm, berharap ga boleh ketinggian memang ya. Sebenarnya bagus saja sih airnya biru, karena kelewat ramai banyak orang rencana kami ikut nyemplung pun batal.
Sekedar selfie selfie tak tau malu di pantai ( yang tak lebih bagus dari pantai sebelah), selfie di sink hole dan hanya berkeliling sebentar sebelum kami memutuskan kembali ke cottage dan main air.


 

15.00 – 16.00
Kembali ke cottage pun akhirnya terdistraksi dengan tujuan lain yaitu ke desa Boneoge. Lagi lagi kami terlalu berharap pantai lain akan sebagus pantai sebelah. Mungkin karena sok tau dan penasaran kami teruskan perjalanan sampai mentok di pantai Kalulu (cmiiw) untuk sekedar menikmati sunset. Tapia pa daya karena keinginan kami untuk segera ke cottage rencana nonton sunset di sini batal. Kami hanya duduk – duduk nyemil dan minum pop ice.

 
16.00 – 18.00
Melihat pantai biru siapa yang tak tergoda untuk nyebur dan main air sih, kami pun tergoda setelah berpikir mau istirahat saja kok saying. Begitu kamar bisa dibuka dan drop barang, seperti bocah kami lari – larian ke laut. Wateeeeer, I’m coming ~
18.00 – 19.30
Main air, dorong dorongan, cebur ceburan like a kid again, basah kuyup main ban dan kejar kejaran lempar lempar pasir harus diakhiri karena hari mulai gelap. Aku dan Icang keliling mencari penyedia jasa untuk snorkeling besok sementara Arum dan Dika keasikan ngobrol di teras cottage, Imsul dan Mbak Resti sedang antri mandi di kamar mandi luar. Well, perut tak bisa lagi dikendalikan saking laparnya. Waktunya keluar mengisi perut yang kosong  dan terus menerus berbunyi ~
19.30 – 20.30
It’s s hard to find places to eat nearby. Sedih kali ya musim liburan begini malah banyak tempat makan yang tutup. Kami sempat berniat ke perbatasan Donggala Palu demi sesuap nasi, dan hamdalahnya ada tempat warung penyetan buka. Terus baper inget Pulau Jawa, mendengar orang ngobrol dengan nada membentak – bentak agak gimana rasanya kalau dibandingkan dengan kampung halaman. Dan antrian makan di tempat ini pun cukup lama, lumayan sampai bisa kutinggal tidur sekian menit.
Aturan makan tidak tertulis di sini, kalau giliran pesananmu belum juga datang proteslah untuk segera dilayani. Jangan kelewat sabar, apalagi mukamu yang terlalu Jawa bakal membuatmu dilayani lebih lama. Hahaha #cmiiw
20.30 – 22.10
Perut kenyang, setengah ngantuk tapi kok masih jam segini sayang kalau langsung merem dan menyia nyiakan kartu UNO yang sudah jauh jauh dibawa dari Balikpapan. Walaupun hanya dua putaran karena mata merem melek sebelah menahan kantuk sambil ketawa tawa saling ngece lumayan lah ada hiburan malam di cottage kami yang sangat dekat dengan pantai. Debur ombak dan semilir angin walaupun sebentar lumayan menghibur penutup hari ini ~ Goodnight everybody 




to be continued.....