Sabtu, 05 Mei 2012

Sepenggal Kisah Hidup Masa Laluku

Sabtu sore aku pulang setelah menemani kakak sepupuku berbelanja.Waktu menunjukkan pukul 16.00 ketika aku memulai kegiatan mengepel lantai dapur.Aku berada di rumah sendirian,mengepel lantai dapur yang terbuat dari semen itu dengan ampas kelapa sesuai anjuran nenekku.Dapur rumahku yang luas digunakan memasak untuk berjualan di warung makan ibu.
Hari ini ibuku sedang pergi ke rumah tetanggaku yang mengadakan hajatan.Masakan yang belum matang ditinggal sementara ibu membantu tetanggaku.Di tengah kegiatan mengepel lantai terlihat kepulan asap dari panci,membuatku yang masih kelas 3 SD ini cemas kalau masakan itu gosong.Lantai yang dipel dengan ampas kelapa itu belum kubersihkan.Tanpa pikir panjang aku memindahkan panci itu ke kompor gas yang posisinya lebih tinggi.Aku terpelanting jatuh karena lantai yang licin dan basah itu sebelum sempat meletakkan panci  di atas kompor gas.Masakan dalam panci itu mengguyur seluruh tubuhku.Tak terbayang betapa sakit dan panas yang kurasakan.
Dalam keadaan setengah sadar dan tubuhku yang remuk redam ini aku berlari keluar rumah,berteriak meminta tolong kepada para tetanggaku.Mereka langsung menolongku,mencoba berbagai upaya untuk meredakan luka bakar di tubuhku.Ada yang mengguyurku dengan air ,melumuri tubuhku dengan telur,dan upaya yang mereka lakukan lainnya dalam keadaan panik.Ibu yang diberi tahu oleh tetanggaku begitu kaget,tak menyangka hal ini menimpaku.Para tetangga,ibu dan nenek mengantarku ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif.Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit aku harus meminum air putih hingga 4 liter karena dehidrasi yang kualami.Orang-orang yang menemaniku terus saja menangis dan berdoa agar aku dapat diselamatkan.Namun,aku merasa sepertinya sudah tak ada harapan hidup untukku lagi.
“Ibu.....Nenek.....Apakah aku akan mati?”
“Kamu tidak boleh bicara seperti itu,Nduk.Kematian hanya Allah yang menentukan.”
“Tapi,tubuhku sekarang mati rasa karena terlalu sakit.Mungkin lebih baik aku mati saja   ,ya,Nek?Daripada nanti semakin menyusahkan.”
“Istighfar,Nduk.Berdoalah pada Gusti Allah supaya kamu selamat.Kami semua ingin kamu tetap bisa bertahan.Jangan pernah putus asa berdoa kepada Nya.”
“Iya,Nek.Semoga aku tetap bisa hidup,ya Allah.Aku ingin hidup,aku ingin selamat dari keadaan ini karena keluargaku pasti akan sedih kehilangan diriku.Aku tahu ya Allah.Kematian memang milik Mu,tetapi tolong jangan sekarang.”
Nenek menasihati,mengarahkan agar aku tidak putus asa.Sementara ibuku hanya bisa menangis karena  merasa bersalah atas kejadian yang menimpaku.Padahal itu murni kecerobohan seorang bocah ingusan macam diriku ini.Aku yang tidak tega melihat ibuku menangis hanya bisa menitikkan air mata,menyesali kesalahan yang kuperbuat.Kesalahan yang hanya beberapa menit terjadi  yang mampu menghancurkan hatiku,hati ibuku,dan juga keluargaku.
Paramedis segera membawaku ke UGD setibanya di rumah sakit.Anggota tubuhku yang melepuh dibersihkan dengan cairan infus.Seluruh luka bakar di tubuhku diberi obat dan kemudian dibalut perban seperti mumi.Sebuah tabung infus besar bertengger di samping tempat tidur dan jarum infus yang ditusukkan ke urat nadiku.Kondisi luka yang sangat parah membuatku tak mampu bangun dari tempat tidur.Sedikit bagian mata kanan dapat melihat,meski warna benda yang kulihat selalu menjadi buram.Dengan setia ibu selalu menemani,membantu memenuhi kebutuhanku di rumah sakit.Hampir semua orang yang menjengukku pingsan begitu melihat kondisiku,termasuk ayahku.Seharusnya ia sudah bekerja di Malaysia sekarang,tetapi itu gagal terlaksana karena aku.Kalau saja ayah tidak menelepon bu dhe sebelum berangkat ke Malaysia,ia tak perlu tahu kondisiku yang mengenaskan.Hatiku hancur melihat orang –orang silih berganti menangis,bahkan pingsan karena melihat kondisiku ini.Ayahku yang galak seperti itu bisa menangis karena melihatku.Teman-teman sekolahku juga banyak yang datang menjenguk dan reaksi mereka juga sama.Bahkan mereka yang biasanya akrab denganku,ketakutan setengah mati begitu melihatku.Separah apa aku juga belum tahu pasti,tetapi yang bisa kusimpulkan hanya kondisiku memang  sangat mengenaskan untuk disaksikan.
Pagi hari aku mendengar dokter yang menanganiku sedang berbicara serius dengan ayah.Tak mudah bagiku memahami maksud perkataan orang dewasa yang rumit itu.
“Maaf,Pak.Sepertinya jika putri Anda sadar secara penuh nanti,kemungkinan dia akan buta.Selaput  matanya tertutup oleh bagian yang berwarna putih.Jadi,bola mata Putri Anda hanya akan memiliki warna putih dan agak buram.”
“Tidak mungkin,Pak.Saya yakin putri saya akan baik-baik saja.Saya yakin Anda hanya bergurau.”
“Ini serius,Pak.Saya tidak bergurau,tetapi mungkin akan sulit menerima kenyataan pahit itu.Sekali lagi maaf,Pak.Saya sudah berusaha semaksimal mungkin.Permisi!”
Apakah aku salah dengar?Aku akan jadi buta?Tidak mungkin.Aku berharap telingaku memang tuli,sehingga tak perlu tahu kalau mataku akan buta.Saat ayah menjengukku,dia bilang aku akan baik-baik saja.Aku mengangguk dan mencoba menenangkan pikiranku.                                                                                                                                                                                                                    Keadaanku sudah mendingan,aku berpikir ini saatnya aku melihat rupaku setelah sekian lama tergeletak di tempat tidur.Ibu ragu-ragu memberikan cermin padaku saat aku memaksa untuk melihat wajahku.
PRANGGGGGGGGGGGG..........................................
Cermin itu pecah dan menjadi serpihan kaca setelah kubanting.Tak bisa kuterima,aku marah, menyesal, meratapi segala hal yang membuatku jadi seperti ini.Mata yang penuh kemarahan,tekanan batin yang kuderita membuatku menolak pengobatan rutin yang biasanya begitu saja kuterima untuk dilakukan pada luka-luka di tubuhku.Aku meronta-ronta,menendangi dokter maupun perawat yang coba mengobatiku.Aku muak dengan semua ini.........Aku muak...Aku tidak ingin wajahku rusak,tubuhku penuh luka,dan sakit yang kuderita.Untuk  apa mereka melakukan pengobatan kalau pada akhirnya aku tetap akan cacat?Mengapa mereka tak bisa membuat wajahku pulih?Dan mengapa harus aku yang mengalami peristiwa tragis ini???Mengapa????????????????
              Sungguh tidak adil!!Aku merasa Tuhan bertindak sangat tidak adil kepadaku atas apa yang telah kualami.Aku merasa seperti alien tersesat ketika memasuki ruang kelas 4 SD ini.Sebulan lalu seharusnya aku sudah bersekolah,tetapi karena kecelakaan sial itu aku jadi cacat.Tatapan mata kasihan,jijik,risih dan merendahkan mengiringi langkahku menuju bangku tempat dudukku.Aku duduk di sebelah Eni,salah satu teman perempuan yang mau berdekatan denganku.Selain Eni hanya beberapa teman lain yang mau bergaul denganku.  Banyak teman-temanku yang semakin menjauhiku.Aku merasa seperti orang terbuang yang nyaris bosan hidup karena itu.Bagaimana tidak?Dulu aku adalah anak yang selalu ceria dan cepat akrab kepada siapa saja.Tak hanya itu,banyak orang yang mengatakan kalau aku ini manis,cantik,pintar dan aktif.Aku juga tergolong cewek tomboy karena tingkahku yang banyak didominasi oleh sifat cowok dalam diriku.Itu terbukti dengan banyaknya teman yang kumiliki,terutama cowok karena aku sering bergaul dengan mereka.Dahulu,itu semua telah berlalu sekarang.Aku bukan cewek cantik dengan segudang daya tarik dan berbagai kelebihanku.Seringkali teman sekolahku mengolok-olokku karena wajahku yang rusak dan cacat.Aku merasa sangat sedih mendengar hinaan,olok-olokan yang dilontarkan teman-teman padaku.Bahkan aku pernah menangis karena begitu sakit hati dihina,dicerca,dimaki oleh teman sekolahku.Kalau mereka bisa merasakan apa yang kualami?Tak akan mereka menghinaku.Sayangnya, mereka sama sekali tak tahu dan tak  mempedulikan perasaanku.Setelah kejadian itu,prestasiku menurun drastis.Aku hanya mendapat peringkat 6 dari yang sebelumnya aku selalu mendapat rangking pertama di kelas.Kondisi fisikku juga sedikit melemah.Warna kulitku yang semula coklat,kini berwarna merah muda yang jika tersengat sinar matahari akan berubah warna menjadi semakin merah.Di sekujur badan dan kedua tanganku terdapat bekas luka bakar yang hanya bisa dihilangkan dengan operasi.Memang mungkin mudah mengatakannya.Bagiku prakteknya sulit untuk terwujud karena keadaan ekonomi keluargaku yang pas-pasan.Untuk memenuhi kebutuhan hidup keluargaku mengandalkan hasil berjualan di warung makan ibuku.Biaya berobatku di rumah sakit yang mahal itu setidaknya sudah dapat dilunasi atas bantuan banyak orang .Berbagai jenis obat-obatan tradisional maupun modern terus dicoba demi kesembuhanku.Pengobatanku yang menghabiskan biaya  cukup besar sempat  membuat keadaan ekonomi keluargaku terpuruk.                                                                                            
                 Setahun setelah peristiwa tragis itu,aku bukan lagi orang yang rapuh.Aku yang sudah kelas 5 SD ini mulai bangkit dari keterpurukanku karena  rasa percaya diriku telah kembali.Tak ada waktu untuk meratapi nasib,menyesali takdir ataupun menggubris ocehan orang lain tentang keadaan fisikku.Aku tak ingin hanya diam termangu menanti maut menjemputku karena kesedihan berlarut-larut.Aku mulai mengejar ketinggalanku dalam berbagai bidang dan hasilnya aku mendapat peringkat lumayan saat kelulusan SD.Aku melanjutkan sekolahku di SMP yang cukup dekat dengan tempat tinggalku.Di masa SMP aku mulai menjadi siswa yang boleh dikatakan bandel karena sering berulah.Hampir setiap hari aku berangkat terlambat dan sering tidak mengerjakan PR.Walaupun begitu,nilai-nilaiku  tidak begitu jelek.Mungkin karena faktor “Bejo” yang kumiliki ini aku agak tertolong dari berbagai ancaman nilai-nilai buruk.Meski banyak kekurangan dalam diriku,aku tergolong  siswi yang memiliki rasa percaya diri tinggi,humoris,dan ceria.Karena itulah aku memiliki banyak sahabat yang setia dan menerimaku apa adanya.Hingga sekarang aku duduk di kelas 1 di salah satu SMA Negeri  di Kota Magelang aku tetap mengingat sepenggal kisahku itu.Sepenggal kisah yang menjadi bagian terpenting dalam sejarah hidupku.Sepenggal kisah yang  pernah membuatku sangat hancur,malu,marah,kecewa,sedih,hingga mampu membuatku mengerti bahwa semua hal yang terjadi dalam hidupku merupakan  takdir.Dan kisah yang akan selalu menjadi pengingat bagiku untuk senantiasa menerima ketetapan yang telah digariskan oleh Allah SWT dalam kehidupanku.
OLEH:        ANGGI RESTIANA DEWI                 X-1/01         

#nggak sengaja nemu file ini,inget bikin miris sendiri rasanya..
Aku masih bersyukur ya Allah :')                                                                                                                                                                             
                                                                                                                                                                                                                              


Tidak ada komentar: