Halo
Jogjakarta, setelah sekian lama tak bersua aku berkesempatan untuk
kembali ke kota ini lagi untuk transit sebelum kembali ke kaki gunung
Andong yang jadi kampung halaman. Pagi yang mulai menghangat di Solo
mengantarkanku ke stasiun untuk antri membeli tiket kereta Pramex yang
akan membawaku ke Jogja. Naik becak kayuh yang cukup menguras tenaga si
bapak becak, berterimakasih, membayar dan tersenyum aku masuk ke
stasiun. Antrian di stasiun cukup lumayan, maklum untuk warga Jogja Solo
mobilitas menggunakan kereta adalah kebutuhan.
Dengan
tiket seharga 8ribu rupiah dan kenalan kenalan baru perjalananku ke
Jogja dimulai. Tiba di stasiun Tugu kala panas menyengat dan seharian
hanya keluar keliling kota. Perjalanan ke Gumuk Pasir dimundurkan ke
hari berikutnya karena seharian cuaca Jogja hujan panas tak karuan.
Naik
motor sepagi mungkin (rencananya), tapi akhirnya berangkat setelah
matahari mulai meninggi. Boncengan dengan Disti, host Couchsurfingku di
Jogja yang akrabnya sudah seperti sahabat lama bermodalkan GPS kami
menuju gumuk pasir Parangkusumo. Adventure girls aren't afraid to burn
the skin, let's be exotic! haha
Gumuk
pasir yang panas dan silau dipandang mata dari jauh tak menghalangi
kegembiraan kami untuk berjalan di area tersebut. Gurun pasir mini ini
ada di daerah tropis, lumayan tak perlu jauh jauh ke gurun Sahara untuk
melihat hamparan pasir luas ini. Walaupun luasnya tak seberapa dibanding
gurun yang sebenarnya lumayanlah untuk ukuran negara tropis ada gurun
kecil semacam ini.
Di
areal gumuk terdapat rerimbunan pohon yang bisa digunakan berteduh
setelah panas panasan berfoto, ada hammock yang bisa digunakan
bersantai. Matahari semakin tinggi, setelah berpanas di area gumuk,
sebutir kelapa muda bisa meredakan dahaga dan mendinginkan kepala. Foto
kelar, perut kembung , tapi hati riang gembira.
Terimakasih Disti, terimakasih Jogja
Cheers,
Anggi Restiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar