Janjian sekitar
beberapa minggu yang lalu, sempat ganti tempat tujuan jalan weekend – weekend
sebelumnya karena beberapa alasan diputuskanlah weekend ini kami ke Bukit
Bangkirai. Bermodal janjian yang ngaret dan boncengan motoran berdelapan dari
kami berangkat, aku, Icang, Udik, Dika, Ismul, Galan, Nurma ditambah Gamping
(senior Stapala, seangkatan sih hahaha) yang pas hari H kami jalan tiba – tiba
di Balikpapan. Sementara itu Arum masih di Solo dan mbak Resti yang ndak enak
badan tetap di kosan. Bukit Bangkirai sebenarnya terletak di Kabupaten Kutai
Kartanegara yang berbatasan dengan Balikpapan, tapi banyak yang mengira tempat
wisata ini milik Balikpapan.
Boncengan naik
motor setelah sebelumnya sempat ragu karena pagi hujan berangkatlah kami ke
Kutai. Jarak tempuh yang cukup lumayan dari pusat kota Balikpapan ke Bangkirai
ditambah motoran rasanya semacam nostalgia touring jaman kuliah dulu. Bukit
Bangkirai terletak di kilo 38 dan untuk mencapai lokasi jalan sepanjang 22 km
dan dikelilingi hutan masih harus ditempuh.
Antara mendung dan
langit terang yang tidak merata perjalanan kami semacam didukung semesta untuk
gagal, mulai dari hujan waktu perjalanan sampai medan licin yang akhirnya
membuat perjalanan ini gagal di separuhnya. Pakaian kami yang kering basah
kuyup kehujanan, kering lagi, basah lagi dan kering lagi. Dibawa ketawa lah ya
daripada di kosan juga makin galau nanti bahaya. Baru sekian kilo jalan hujan,
berteduh, jalan lagi, dihadang hujan lagi, dan kami cuma ketawa sambil makan
jajanan duduk di teras mushola atau bangunan tak bertuan. Sempat ragu kami
lanjut sampai pintu gerbang Bangkirai, tinggal 22 km lagi ~
Jalanan licin
setelah sempat hujan, berhati – hati pun tak cukup ternyata. Setelah sempat
agak goyah akhirnya motor yang kutumpangi dan Ismul ambruk, lumayan lah kaki
kiri agak bengkak terbentur body motor dan kaki kanan kejepit. Jatuh bukannya
panic malah ketawa, duh gila ini aing kayanya. Alhamdulillah sih ndak ada major
injury.
Rombongan BPBD yang barusan selesai bertugas kerjasama memadamkan api
kebakaran bareng TNI lewat, kami disarankan balik lagi kalau musim kering.
Daripada makin sering nyungsep nanti, kami pulang setelah foto – foto di depan
Gerbang Wisata Bangkirai.
Kami pulang dengan pakaian kotor dan motor
bermandikan lumpur, ditambah jalan yang sempat macet karena ada truk muatan
kerikil terguling.
Mungkin memang belum jatahnya sampai Canopy Bridge
Bangkirai, nyicil dulu foto di gerbang, namanya juga nyaris ke Bangkirai.
Semoga lain waktu bisa benar – benar kesana ya.
Written with tired body and swollen feet,
Anggi Restiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar