Kamis, 26 Juni 2014

What My Parents Teach Me Not To Be

             Bukan salah bunda mengandung, mungkin peribahasa inilah yang menjadi alasan kita dilahirkan di keluarga sesuai rencana –Nya. Kita tidak bisa memilih lahir di mana, dari kalangan keluarga seperti apa dan dari orang tua macam apa. For some reasons, I do that blaming to everything and every condition I have to face in my whole life. Sering tak puas dengan apa yang dimiliki, dan lebih sering mengeluh daripada mengupayakan yang lebih baik, mungkin hal ini seringkali terjadi padaku dalam hampir segala hal. Ya, dengan keadaan yang serba bukan yang kuinginkan aku lebih banyak kecewa daripada bersyukur. Seiring bertambahnya usia, kesadaran itu muncul bahwa setiap keadaan pasti Tuhan punya tujuan, dan aku percaya.  Ada  peribahasa “ Jangan terlalu sering melihat ke atas, tapi lihatlah ke bawah. Yang kurang daripada kamu banyak”, ya mungkin itu memang benar. Sekali – kali kamu harus melihat ke atas itu tujuannya agar kamu termotivasi untuk lebih baik, bukan malah menyalahkan keadaan yang sudah menyulitkan tapi untuk berusaha menghadapi setiap kesusahan agar berakhir baik. Sering – seringlah melihat ke bawah, ini bukan karena kamu merasa lebih dari orang lain tapi agar kamu tau bagaimana cara bersyukur melihat kenyataan dan keadaanmu sekarang.
                Setiap orang tua pasti berusaha untuk kebaikan anaknya, entah bagaimanapun caranya. And so do my parents. They try to give the best for their children. Dan aku sebagai anak tertua harus berusaha lebih keras sepertinya. Banyak pelajaran hidup yang bisa diambil dari keadaan keluarga ini, cobaan yang sempat hinggap datang dan pergi dan mereka meskipun bukan sarjana yang luar biasa selalu mengajarkan agar anaknya tak berakhir seperti mereka. Kenapa? Karena mereka bukan diri mereka yang dulu mereka inginkan. Dilahirkan dari sebuah keluarga sederhana, dari seorang laki – laki yang kabur dari pelatihan tentara dan memilih kabur dari rumah karena menghindari paksaan orang tua karena cita – citanya adalah menjadi guru, bukan tentara dan wanita yang bercita – cita mulia menjadi ibu rumah tangga biasa yang bisa mengurus anak dengan seluruh perhatiannya. Pada akhirnya mereka menikah, sama – sama meninggalkan pasangan mereka sebelumnya, mengubur mimpi sebelumnya dan membangun keluarga kecil yang akhirnya menghadirkanku di dunia. Terimakasih Tuhan, setidaknya aku dilahirkan dari keluarga yang melek pendidikan untuk anak – anaknya, dan walaupun mereka hanya berusaha wiraswasta keinginan menyekolahkan anak hingga jenjang setinggi – tingginya itu harga mutlak. Kenapa? Karena mereka tak ingin anak – anak ini berakhir seperti mereka. Thanks God for giving me great parents.!
                Banyak kesulitan bukan berarti mereka ingin kami hidup dalam kesusahan, banyak hal yang ada justru seharusnya menjadi pelajaran hidup yang tak perlu terulang sebenarnya. Di suatu masa, akulah yang paling menyusahkan mereka, made them hitting the bottom of lifestage. Aku mengalami musibah yang nyaris merenggutku, menghabiskan semua harta benda dan membuat keluarga ini sengsara hingga sekarang. Dan apa kata mereka? Uang bisa dicari, kehilangan anak berarti kehilangan masa depan. Thinking about this thing makes me feel sad, and so many times blaming myself for still being an ignorant kid.  Cari uang itu susah dan seringkali aku menghabiskannya dengan mudah. For God shake aku anak durhaka. And I promise myself to earn my own money and pay them back, although it can never be enough for everything they gave me.
                Bicara tentang kesulitan, mereka selalu mengingatkanku agar tak berakhir seperti mereka. Jangan suka utang, kalo kamu bisa pake usahamu sendiri jangan kaya orang tuamu. Dan aku sedih setiap mendengar kalimat ini. Yes, I will give you my money once I get my settled job!
Hal lain yang mereka tak ingin kami tiru adalah karir, jangan membutakan mata sama pendidikan dan sekolah setinggi – tingginya. Biar jadi orang sukses katanya. Dan, aku gagal meraih cita – citaku menjadi dokter. Malas belajar karena banyak faktor, dan well raporku jelek dan gagal dapat beasiswa. Kalau dilihat ke belakang aku juga punya andil dalam kegagalanku ini. Nyaris aku menjadi calon guru, tapi akhirnya berbelok ke sekolah kedinasan karena hal yang aku tak tau. Kalo kata mereka, jadi PNS itu ga hina. Kami bangga kalo punya anak yang bisa berguna buat negara. It’s okay then, walaupun sampai lulus pun aku masih merasa salah jurusan apa salahnya diteruskan. Toh aku sudah terlanjur basah, nyemplung jadi PNS sekalian ~
Hal yang tak kalah penting untuk dibahas adalah tentang pernikahan. In this case, they don’t want me end up being like them. Menikah muda itu baik karena akan mengajarkan anakmu untuk tau bagaimana bekerja keras dan mengajak mereka mencicipi apa itu perjuangan yang dilakukan orangtua. Ya itu baik, tapi tidak berlaku untukkku. Aku tak mau menikah terlalu muda, minim persiapan dan masih belum mandiri dalam banyak segi.  Dulu, aku pernah bilang tak ingin menikah karena bagiku menikah itu hanya menggabungkan masalah dan kesulitan dua orang. As the time goes by, pola pikirku berubah. One day I wanna get married too. Tapi bukan menikah di usia yang terlalu dini dan belum mapan dalam segala hal. Aku harus belajar memantaskan diri dan menabung selagi muda, memperbaiki keimanan yang masih compang – camping, berpendidikan dan menikmati masa muda ku juga. Aku tak mau berakhir buru – buru menikah hanya karena banyak teman yang sudah menikah, that’s totally not my wish. Aku masih ingin bekerja, menikmati jerih payahku untuk travelling dan mencari pengalaman sebanyak - banyaknya sebelum aku berakhir dengan laki – laki yang harus kujadikan imam. Setidaknya tidak di usia 22 ini, 4 tahun lagi atau mungkin lebih. Ya setidaknya mereka setuju dengan hal yang kulakukan ini. Kata mereka buat apa menikah terlalu cepat kalau tingkahmu masih kaya bocah, kamu masih muda, cari duit dulu, kuliah lagi, nikmati masa mudamu, kejar cita – cita (yang lama sudah dikubur, ganti cita – cita kuliah di luar negeri amiin) biar sukses dan masa tua nanti sudah mapan lahir batin. Semoga kamu dapat laki – laki yang terbaik untukmu nantinya, yang akhlaknya baik pastinya. Amiin, bisaku cuma berdoa dan itu saja ~

Born in unlucky way, condition and place isn’t a sin
Knowing how to work hard is the thing you have to be grateful
Feel the bottom, do the best because the wheel never stay the same position
You’ll get the chance to reach the top
Don’t forget your parents words,
Face everything in life, don’t give up when the only thing you can do is being strong
Everything’s possible


Tidak ada komentar: