Sebuah tempat wisata yang terletak di Kabupaten Maros,
Sulawesi Selatan ini mulai ramai dan dikenal wisatawan. Pesona karst Maros masih menjadi salah satu daya
tariknya, ditambah keunikan perjalanan menuju Kampung Banua yang masih asri dan
harus ditempuh menggunakan perahu perahu kecil untuk menyeberang sungai
membuatnya kian melejit sebagai salah satu tujuan wisata di sekitaran Makassar.
Berwaktu tempuh hanya satu jam dari kota Makassar dan lokasinya yang mudah
diakses, Rammang – Rammang mulai bersolek di mata pariwisata Makassar. Akhir
bulan lalu, aku dan teman – teman kuliahku berwisata keliling , Makassar,
Maros, dan Pare – Pare dengan berkedok kondangan. Alasan kami datang ke Pulau
Sulawesi adalah kondangan, sedangkan alasan sampingan yang utama adalah untuk
ngetrip dan mengeksplor tempat wisata di kawasan tersebut. Dan Rammang –
Rammang adalah yang paling mengesankan karena kami dua kali datang ke objek
wisata ini dan berhasil naik perahu di kesempatan kedua setelah hari pertama
gagal karena hari sudah gelap ketika kami tiba.
.
Kebanyakan tempat wisata di sekitar Makassar Maros memiliki nama yang berulang, seperti Rammang – Rammang. Kami menyewa satu kapal untuk berdelapan, duduk dengan rapi sambil menikmati pemandangan sekitar sementara pemandu kami sibuk mendayung dan menjelaskan perihal objek wisata ini. Hamparan rawa yang kami lewati aman karena tidak ada buaya di kawasan ini, unlike Borneo dudes ~ Di kanan kiri bisa kita lihar jajaran pepohonan berderet rapi, sedangkan sejauh mata memandang bisa kita lihat kokohnya perbukitan karst berdiri. Subhanallah, lukisan alam yang menyejukkan mata
Kebanyakan tempat wisata di sekitar Makassar Maros memiliki nama yang berulang, seperti Rammang – Rammang. Kami menyewa satu kapal untuk berdelapan, duduk dengan rapi sambil menikmati pemandangan sekitar sementara pemandu kami sibuk mendayung dan menjelaskan perihal objek wisata ini. Hamparan rawa yang kami lewati aman karena tidak ada buaya di kawasan ini, unlike Borneo dudes ~ Di kanan kiri bisa kita lihar jajaran pepohonan berderet rapi, sedangkan sejauh mata memandang bisa kita lihat kokohnya perbukitan karst berdiri. Subhanallah, lukisan alam yang menyejukkan mata
Kami tiba di daratan di mana terdapat sebuah kampung bernama
Berua yang biasa digunakan untuk singgah para wisatawan yang berkunjung. Kami
berhenti sejenak untuk sholat dan berfoto. Di gubug dekat mushola terlihat
jajaran foto yang memperlihatkan animo pengunjung yang memposting gambar mereka
di tempat wisata ini dan turut serta memperkenalkan Rammang – Rammang ke
khalayak ramai. One of the advantages of having social media, you could show
the people how good the place is.
Hujan mulai turun ketika kami berjalan di persawahan, move
move guys. Hujan semakin deras mengguyur ketika kami sampai di dermaga.
Alhamdulillah kami tak terlalu basah kuyup karena hujan. Untunglah drama nyaris
gagalnya trip ke Rammang – Rammang berujung gembira. Saatnya aku dan satu
kawanku yang juga bekerja di Kalimantan mengejar waktu penerbangan kami yang
tinggal sejam lagi. Untungnya penerbangan delay setelah kami terjebak macet di
jalanan ibukota (Sulsel). Di sinilah hikmah delay yang kami alami membawa
rejeki sehingga kami bisa sampai tepat sebelum pesawat boarding.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar