Sabtu, 2 Januari 2016
04.30 – 07.00
Bangun pagi tak menjamin semua
orang langsung bangun sadar sepenuhnya apalagi setelah sholat subuh. Ditambah
karena angin yang sudah menghilang lewat tengah malam keinginan untuk tidur
lagi semakin besar. Tapi itu tak berlaku untukku. Selagi yang lain tidur aku
memilih untuk menunggu matahari terbit yang akhirnya mengecewakan dan aku hanya
buang buang waktu sedikit sambil nyicil mencatat perjalanan.
Janjian snorkeling jam 7 pagi
sepertinya mustahil untuk dilakukan tepat waktu and my feeling was right.
Bapake yang menyewakan kapalnya belum datang karena sarapan dulu. Sementara aku
ngeyel tak usah sarapan, Arum dan Icang pergi beli sarapan untuk kami semua.
07.00 – 08.00
Selagi menunggu sarapan datang,
kami berempat nyicil ganti baju untuk berbasah basahan. Terimakasih Arum dan
Icang, untung lah kami sarapan. Bisa kelaparan luar biasa inimah nantinya.
08.00 – 10.00
Kapal yang kami sewa datang,
dipandu bapak nelayan setempat dan putranya yang sedang libur sekolah kami
dibawa ke dua spot terbaik untuk snorkeling. Spot pertama kami di dekat cottage
Prince John milik warga asing yang menikah dengan warkamsi (warga kampung
sini). Laut yang tenang dan warnanya yang mulai membiru membuat kami
bersemangat untuk segera nyebur dan bercengkrama dengan ikan – ikan laut yang
lucu.
Well, walaupun sudah berlatih
menggunakan alat snorkeling ternyata tak menjamin air laut tak menyelinap masuk
membuatku tersedak. I’m such an amateur seriously. First time snorkeling,
bahagianya luar biasa melihat ikan ikan laut mengerubuti pakan yang kami bawa.
Ukuran lifejacket yang kebesaran membuat posisiku di air tak terlalu nyaman,
tak hanya tersedak taapi posisi badanku berputar putar tak karuan. Walaupun
hanya kecipak kecipik sempat membuatku kewalahan, ditambah masih trauma di air
dalam membuatku berusaha menggapai gapai yang lain mencari pegangan.
B Pro action cam yang kami bawa
kehabisan baterai karena terlalu lama terpakai tanpa sengaja, sempat jadi
rebutan dan foto kami di air agak kacaunya keterlaluan. Hanya beberapa jepret foto
bersama dan blur sebagiannya. Untung Icang sempat mengabadikan gambar ikan –
ikan dan beberapa jepretan foto yang lumayan. Maafkan aku yang kebanyakan
memegang kamera tapi mubadzir menggunakannya karena sibuk keselek air. Kami
pindah ke spot yang lebih ke tengah laut, warna biru tosca terhampar luar dan
gelombangnya lebih banyak daripada spot Prince John. Sebagian kami turun hanya
sebentar, berenang tak terlalu jauh karena gelombang mengombang ambing kami
agak ke tengah, kan capek ya mau renang kesana sana. Sementara Ismul dan Dika
berenang kejauhan dan jauh dari kapal. Tinggalin aja lah yuk ~
10.00 – 11.00
Puas nggak puas sih main air pas
snorkeling, kami masih malas beranjak dari air. Dan akhirnya banana boat adalah
pemuas hasrat main air kami yang selanjutnya. Berteriak sekencang kencangnya
karena ketakutan yang luar biasa memberi kesan lain setiap naik banana boat.
Setelah berputar berputar beberapa kali kami dibanting dan tersedak air lagi.
Sudah jatuh, keselek air, ketimpa pantat tetangga pula, namanya juga banana
boat ~ Lumayan hari semakin siang dan kulit kami sudah menghitam legam.
11.00 – 12.40
Bergantian giliran untuk mandi
setelah puas bermain air, kami beres – beres cottage yang sudah seperti kandang
dan bersiap untuk meninggalkan Tanjung Karang. Sampai ketemu lagi Donggala, siap
mengejar itinerary mengunjungi objek berikutnya. Perut keroncongan ga karuan,
waktunya berburu kaledo, makanan khas Donggala yang katanya khas dan banyak
diburu.
12.40 – 15.30
Perjalanan berburu makan tak
terlalu banyak obrolan yang keluar dari mulut kami, mungkin karena sudah
kelewat lapar dan lelah, mau bercanda saja malas. Jadilah perjalanan berburu
makan siang kami sedikit lebih hening dari biasanya. Ada banyak sumber yang
menyebutkan Kaledo Loli adalah yang terlegendaris dan laris. Awalnya sempat ragu
karena kedai sepi, ternyata karena si empunya tempat makan masih masak dan
kedai belum buka.
Kedai tak kunjung buka kami
memilih sholat di masjid terdekat, dan sekembalinya kami ke kedai lima mobil
sudah berjajar rapi di dekat mobil kami. Howlyyyy dan antrian sudah sepanjang
ini,hmm sabar ga sabar sih. Pengen kaledo sumsum yang makannya pake sedotan
ternyata kami salah pesanan, yasudahlahyaa daripada ga makan perut inda tahan
kalau disuruh nunggu lagi.
Panas panas mengepul karena baru
matang kaledo kami siap disantap, selamat makan ~ (tulisan tentang kaledo bakal
dibahas di tulisan berikutnya hehehe) Be aware of the colestrol in your blood,
dudes ~
15.30 – 17.00
Kenyang berkaledo ria, sekarang
waktunya kami kembali ke kota biar bisa nginap di gueat house yang kami inapi
waktu malam pertama datang. Yeaay, ternyata Palu Donggala tak sejauh yang kami
kira. Namanya udah hapal jalan sama awal masih meraba raba peta pasti beda lah
ya.
By the way karena itinerary tidak
fix seperti rencana awal kami berputar arah mencari oleh – oleh khas Palu. Kami
berhenti di Toko Diana, yang penting asli Palu ya gaes.
Dan makanan khas setiap
orang berkunjung ke Palu ternyata memang bawang goring, kata orang Palu bawang
goreng mereka bisa langsung dicemil. Tapi namanya tetep bawang ya gimana gitu,
bahkan temen yang mau dibeliin oleh – oleh pake acara ngece dulu karena mau
takbeliin bawang. Yowis ga sido wis rek ~ Aku ngoleh olehin orang kantor sama
anak kosan aja
17.00 – 19.00
Beli oleh – oleh udah, waktunya
sejenak istirahat (buat yang istirahat) dan lanjut main main air buat yang
masih belum puas nyebur di laut. Dika tidur di kamar sementara mbak Resti
mainan hp, empat yang lain jelas langsung nyebur kolam. Beda ya rasanya habis
keselek air laut main main sekarang nyebur di kolam rasanya sempit gimana gitu
(songong). Padahal renangnya Cuma ngambang ngambang ga jelas karena memang ga
bisa.
19.00 – 21.00
Main air sampai magrib, mandi
lagi dan perut sudah meronta – ronta minta diisi. Malam ini kami makan ayam
bakar ( lagi), ya maklum bisanya nemu tempat makan ya paling penyetan atau
kaledo lagi kaledo lagi. Hahaha Lumayanlah ayam bakar Palu ini banyak
sambalnya, duh bahagianyaa ~
21.00 ~
Ga ada yang sanggup main kartu
UNO lagi, ga ada yang begadang lagi, paling yang telpon telpon aja sudah.
Selain itu kami langsung tidur saking lelahnya, tinggal besok waktu eksplor
kota. Pliss jangan cepat kembali ke realita dunia kerja
Minggu, 3 Januari 2016
05.00 - 08.00
Bangun pagi, antri mandi dan
beres beres kamar sudah jadi agenda. Yang masih malas bangun ya goler goler
lagi, yang langsung duduk sarapan juga ada. Sudah ganteng dan cantik siap jalan
lagi (walaupun moodku sempat morat marit di awal)
08.00 – 09.00
Pengennya sih diam membisu di
perjalanan, tapi apa daya temen jalan kelewat koplak dan mengundang tawa. Lupa
deh badmoodnya. By the way tujuan kami hari ini adalah Matantimali, sempat mau
diganti ke Lore Lindu tapi semalam hujan lho kalau mau jadi sih aku manut aja.
Excited jalan hanya tinggal di angan, sebenarnya pengen pulang aja dari
semalam. Gini amat sih ya sanguin, jangan terlalu kebawa mood pliss.
09.00 – 10.45
Setelah yang lain berunding dan
aku tidak berusaha melibatkan diri, terima ga terima kami ke Matantimali. Niat
awal sih semua paralayang, entah walaupun harga tidak semurah yang ditulis di
blog orang dan sudah naik sekian ribu rupiah dari harga lama aku tetap berminat
untuk terjun. Gambling aja sih, kalau bisa on the spot bayar untuk paralayang
ya oke kalaupun Cuma bisa liat pemandangan foto foto ya tetep terima aja. Trek
jalan naik ke lokasi paralayang cukup licin, bahkan mobil bapak bapak di
depanku sampai copot bannya. Gimana ga deg degan -___-
Dan kami tetap naik ke atas,
alhamdulillah ya Allah sampai juga di lokasi paralayang. Sebenernya ga pengen
pengen amat sih, moodnya udah terbang bersama gerimis yang mengguyur gunung
Gawalise ini.
10.45 – 11.30
Kebelet pipis dan kamar mandi
tutup, kuncinya dibawa penjaganya yang lagi ke Palu. Ya menurut ngana kudu
gimana mau paralayang musti nahan pipis kan ga lucu. Yaudah ke kamar mandi
darurat pake air mineral wkwkwkkw mohon maap. Di antara kami berenam sebenarnya
yang pingin banget paralayang Mbak Resti, moodku yang sempat jelek tadi buyar
ketika melihat parasut siap terbang. Aku juga mau! Apapun yang terjadi aku
harus naik, dan akhirnya aku yang turun duluan. Kalo aku yang nunggu di bawah
lokasi landing kan ga masalah, toh sepatu nanti bisa dititip ke rombongan yang
membawa parasut ke lokasi take off. Berbekal kamera go pro hero 4 yang
disediakan bersama perjalanan aku turun duluan, untuk ukuran orang yang phobia
ketinggian aku nekat. Apapun deh demi paralayang, keluar uang lebih tak masalah
barangkali tak ada kesempatan lagi aku coba paralayang di sini.
Entah apa yang ada di pikiran
yang lain, tadinya yang ga mau paralayang cuma Dika karena kelelahan nyetir
sekian hari perjalanan kami, ga ngerti yang lain nanti gimana. Aku nunggu di
lokasi landing saja lah setelah landing di bawah, tanpa membawa barang bawaan
apapun. Diiringi aba – aba untuk lari persiapan take off aku berteriak
sekencang kencangnya, ya maklum namanya first timer dan phobia ketinggian ya
begini. Bahagia rasanya melihat kota dari ketinggian, apalagi action cam nya
bagus. Subhanallah Palu dari ketinggian bagus banget. Tandem paralayang ku,
bang David yang ternyata atlit nasional dan berpengalaman di banyak wilayah di
Indonesia sempat memutar – mutarkan parasut yang kunaiki dengan berbagai
maneuver. Lumayan bikin jantungan sih, tapi seruu.
Pendaratan hampir sempurna,
sedikit nyusruk tanah sih karena aku lupa berdiri di kaki sendiri. Efek
keasikan duduk di udara. Hahaha
11.30 – 14.30
Tak membawa barang apapun, aku
hanya plonga plongo sendirian di bawah. Sekian jam ngobrol dengan abang – abang
penerbang parasut ini, tanya – tanya objek wisata sekitar, penasaran dengan
teknik dan cara belajar menerbangkan paralayang lumayan ga bingung nganggur
duduk di gedung tua.
Yang namanya menunggu rasanya
membosankan ya, apalagi lapar. Atas saran penjaga pos di tempat landing
sebaiknya aku menunggu di markas mereka which is pemandian air hangat. Dan aku
lebih memilih menunggu di masjid sampai tak sengaja tertidur. Capek banget
rasanya, lapar, hujan pula, pas banget lah ya udah sendiri ga pegang alat
komunikasi pula. Hidup gue -__-
14.30 – 16.00
Bahagia adalah ketika kamu
sendirian kelaparan dan berjalan di bawah hujan nemu ada uang di saku, lumayan
buat beli minuman dan cemilan pengganjal perut sementara. Bingung dan hola holo
jalan sendirian dari jauh terlihat mobil merah yang sepertinya kukenal,
ternyata itu Arum, Icang dan Dika. Alhamdulillah ya Allah ketemu mereka,
ternyata Arum batal terjun dan Mbak Resti bareng Ismul jadi terjun. Kami
berempat pindah lokasi menunggu mereka di pemandian air panas sambil minum pop
ice yang harganya lima ribu perak. Sedih ya di kampungku paling dua ribu aja
harganya L
Mbak Resti dan Ismul sudah take
off, dua parasut terlihat melayang di udara sementara cuaca semakin gelap.
Semoga lancar ya sisbro, biar cepat makan kita. Atas info dari penjaga pos
landing kami pindah lokasi lagi sekalian menjemput mereka.
Maafin kami bertiga ya Dik, Cang,
Rum, mungkin bertiga yang paralayangan ngeselin dan bikin kalian nunggu lama.
Pindahlah kami dari lokasi paralayang menuju kota demi sesuap nasi.
16.00 – 17.30
Perjalanan yang ditempuh untuk
makan sore lumayan tak terlalu lama, setelah beribet ribet ria dengan lalu
lintas jalanan kota yang mulai ramai semrawut kami sampai juga di resto
penolong. Kenapa resto penolong? Karena tempat –tempat makan lain yang kami
tuju tak satupun buka.
Alhamdulillah harga makanan tak terlalu
mencekik dan makanannya lumayan enak :D
17.30 – 18.00
Lelah setelah jalan bergunung
gunung kami tempuh seharian, plus paralayang yang membuat adrenaline lumayan
terpacu dan teriakan menguras tenaga saking excitednya berada di udara, kami
pulang ke cottage bebersih dan sebentar rehat.
18.00 – 19.30
Mager mager malas keluar tapi
keinginan untuk makan kaledo sumsum mengalahkan kemalasan kami akhirnya. Tenaga
sudah berkurang banyak, mau ngeyel ngeyel ngajak makan keluar kok ya males.
Akhirnya Arum yang sukses mengajak geng keluar untuk makan kaledo terakhir
kalinya.
Yeaaay Kaledooo sumsum :”
19.30 ~
Perjalanan hari ini segera
diselesaikan karena mobil akan dikembalikan, untung sempat mampir ke Rumah Adat
Banua Oge meskipun sebentar dan memfoto Jembatan Palu IV yang
kami ganti nama jadi Jembatan Mcd walaupun
hanya sebentar, masjid Babu Arkham yang terletak persis di pantai dan posisinya ke arah laut. Besok sudah Senin, rasanya cepat sekali waktu berlalu. Masih
pengen liburan ke tempat lain lagii ~
Beres beres cottage dan segera
istirahat, happy last minutes of this weekend!
Senin, 4 Januari 2016
04.00 – 05.00
Bangun pagi dan segera bersiap
untuk kembali ke realita, liburan usai, taksi jemputan kami datang semenit
kemudian. Mau pamitan tapi si ibu sudah berangkat ke tempat tugas, sampai
ketemu lagi di lain waktu bu ~
05.00 – 06.06
Antrian penerbangan pagi lumayan
ramai, kami datang tepat di waktu antrian sedang pada puncaknya. Well, tiket di
tangan dan penerbangan tak terlalu molor dari jadwalnya. Sampai ketemu lagi di
lain waktu, Sulawesi.
06.06 – 07.15
Selama perjalanan ke Balikpapan
kami lebih banyak tidur saking kelelahannya. Paling sebentar sebentar nengok ke
luar jendela berharap sunrise, tapi apa daya jam segini ngarep sunrise
sedangkan langit diluar sedikit mendung dan sempat gerimis beberapa saat.
Terimakasih 3 hari 3 malamnya Palu, see you when I see you. Sampai di
Balikpapan Senin pertama dan hari kerja pertama di tahun 2016, tetap semangat
kejar setoran demi liburan berikutnya yang tak kalah menyenangkan. Walaupun tunjangan kerja tetep dipotong, digawe hepi wae ya
See you in the next happy trip
guys ~~